Pengertian Transistor
Transistor seperti gambar diatas dapat disebut juga transistor bipolar atau transistor BJT (Bipolar Junction Transistor). Transistor bipolar adalah inovasi yang menggantikan transistor tabung (vacum tube). Selain dimensi transistor bipolar yang relatif lebih kecil, disipasi dayanya juga lebih kecil sehingga dapat bekerja pada suhu yang lebih dingin.
Dalam beberapa aplikasi, transistor tabung masih digunakan
terutama pada aplikasi audio, untuk mendapatkan kualitas suara yang baik, namun
konsumsi dayanya sangat besar. Sebab untuk dapat melepaskan elektron, teknik
yang digunakan adalah pemanasan filamen seperti pada lampu pijar.
Transistor bipolar memiliki 2 junction yang dapat disamakan
dengan penggabungan 2 buah dioda. Emiter-Base adalah satu junction dan
Base-Kolektor junction lainnya itulah kenapa disebut (Bipolar Junction
Transistor). Seperti pada dioda, arus hanya akan mengalir hanya jika diberi
bias positif, yaitu hanya jika tegangan pada material P lebih positif daripada material
N (forward bias). Pada gambar ilustrasi transistor NPN berikut ini, junction
base-emiter diberi bias positif sedangkan basecolector mendapat bias negatif (reverse
bias).
Karena base-emiter mendapat bias positif maka seperti pada dioda, electron mengalir dari emiter menuju base. Kolektor pada rangkaian ini lebih positif, sebab mendapat tegangan positif. Karena kolektor ini lebih positif, aliran elektron bergerak menuju kutup ini. Misalnya tidak ada kolektor, aliran elektron seluruhnya akan menuju base seperti pada dioda.
Tetapi karena lebar base yang sangat tipis, hanya sebagian
elektron yang dapat bergabung dengan hole yang ada pada base. Sebagian besar
akan menembus lapisan base menuju kolektor. Inilah alasannya mengapa jika dua
diode digabungkan tidak dapat menjadi sebuah transistor, karena persyaratannya
adalah lebar base harus sangat tipis sehingga dapat diterjang oleh elektron.
Jika misalnya tegangan base-emitor dibalik (reverse bias),
maka tidak akan terjadi aliran elektron dari emitor menuju kolektor. Jika
pelan-pelan ‘keran’ base diberi bias maju (forward bias), elektron mengalir
menuju kolektor dan besarnya sebanding dengan besar arus bias base yang
diberikan. Dengan kata lain, arus base mengatur banyaknya electron yang
mengalir dari emiter menuju kolektor.
Pada transistor PNP, fenomena yang sama dapat dijelaskan
dengan memberikan bias seperti pada gambar berikut. Dalam hal ini yang disebut
perpindahan arus adalah arus hole.
Dari satu bahan silikon (monolitic), emitor dibuat terlebih
dahulu, kemudian base dengan doping yang berbeda dan terakhir adalah kolektor.
Terkadang dibuat juga efek dioda pada terminal-terminalnya sehingga arus hanya
akan terjadi pada arah yang dikehendaki.
Untuk memudahkan pembahasan prinsip bias transistor lebih lanjut, berikut adalah terminologi parameter transistor. Dalam hal ini arah arus adalah dari potensial yang lebih besar ke potensial yang lebih kecil.
Parameter-paramater yang perlu diperhatikan:
IC: arus kolektor
IB: arus base
IE: arus emitor
VC: tegangan kolektor
VB: tegangan base
VE: tegangan emitor
VCC: tegangan pada kolektor
VCE: tegangan jepit kolektor-emitor
VEE: tegangan pada emitor
ICBO: arus base-kolektor
VCB: tegangan jepit kolektor-base
VBE: tegangan jepit base-emitor (umumnya 0,6 – 0,7 volt
untuk transistor silikon)
Defenisinya adalah perbandingan arus kolektor terhadap arus
emitor. Karena besar arus kolektor umumnya hampir sama dengan besar arus emiter
maka idealnya besar αdc adalah = 1 (satu). Namun umumnya transistor yang ada
memiliki αdc kurang lebih antara 0.95 sampai 0.99.
Pada tabel data transistor (databook) juga dapat dijumpai spesifikasi βdc (beta dc) atau hfe didefenisikan sebagai besar perbandingan antara arus kolektor dengan arus base.
Dengan kata lain, βdc adalah parameter yang menunjukkan
kemampuan penguatan arus (current gain) dari suatu transistor. Parameter ini
ada tertera di databook transistor dan sangat membantu para perancang
rangkaian elektronika dalam merencanakan rangkaiannya.
Fungsi Transistor
Adapun fungsi dari transistor diantaranya sebagaimana
dibawah ini:
Yaitu dengan mengatur bias dari sebuah transistor sampai transistor jenuh maka didapat hubungan singkat antar kaki konektor dan emitor, dengan memanfaatkan kejadian ini maka transistor bisa digunakan sebagai saklar.
Yaitu digunakan sebagai penguat arus, dengan fungsi ini
transistor dapat digunakan sebagai rangkaian power supply tentunya dengan
tegangan yang disetting. Untuk dapat digunakan sebagai fungsi penguat arus
transistor harus dibias tegangan yang constant pada basisnya, agar pada emitor
keluar tegangan yang tetap. Umumnya untuk dapat tegangan basis agar tetap
digunakan diode zener.
Transistor sebagai penguat sinyal AC, adapun fungsi transistor yang lainnya ialah sebagai penguat sinyal AC, dan lain-lain.
Cara Keja Transistor
Dari banyak tipe-tipe transistor yang modern di jaman sekarang, awalnya hanya terdapat 2 tipe dasar transistor yaitu biopolar transistor “BJT atau transistor biopolar” dan FET “Field-Effect Transistor” yang cara kerjanya berbeda-beda.
Dinamakan seperti itu karena kanal konduksi utamanya memakai
2 polaritas pembawa muatan elekton dan lubang, untuk membawa muatan atau arus
listrik. Di dalam BJT, arus listrik utamanya harus melewati satu daerah atau
lapisan pembatas yang dinamakan depletizon dan juga ketebalan dari lapisan ini
bisa diatur dengan kecepatan tinggi dengan maksud untuk mengatur aliran arus
utama tersebut.
Dinamkan juga transistor unipolar yakni hanya memakai satu jenis pembawa muatan “electron atau hole, tergantung dari tipenya FET” saja. Didalam FET arus listrik utamanya mengalir dalam satu kenal konduksi sempit dengan depletion zone sisinya. Lalu ketebalan dari daerah perbatasan ini bisa diubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kenal konduksi tersebut.
Jenis-Jenis Transistor
Jenis-Jenis Transistor yang paling umum dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu Transistor Bipolar dan Transistor Efek Medan. Jenis-Jenis
Transistor ini sangat menentukan sekali dalam pembuatan rangkaian elektronika.
Terutama untuk pembuatan rangkaian amplifier, rangkaian saklar, general
purpose, rangkaian audio, tegangan tinggi dan masih banyak lagi yang lainnya.
Transistor Bipolar atau nama lainnya adalah transistor dwikutub adalah jenis transistor paling umum di gunakan dalam dunia elektronik. Di dalam transistor ini terdapat 3 lapisan material semikonduktor yang terdiri dari dua lapisan inti, yaitu lapisan P-N-P dan lapisan N-P-N.
Transistor Efek Medan atau biasa di singkat FET adalah transistor yang juga memiliki 3 kaki terminal yang masing masing di beri nama Drain (D), Source (S) dan Gate (G). Sistem kerja FET adalah dengan cara mengendalikan aliran elektron dari terminal Source ke Drain melalui tegangan yang di berikan pada terminal Gate.
Kategori Transistor
Secara umum, transistor dapat dibeda-bedakan berdasarkan
banyak kategori, diantaranya seperti di bawah ini:
Berdasarkan tipe diantaranya seperti: UJT, BJT, JFET, IGBT,
IGFET, “MOSFET”, HBT, VMOSFET, MISFET, HEMT, MESFET dan lain sebagainya.
Berdasarkan materi semikonduktor diantaranya germanium,
silikon dan gallium arsenide.
Berdasarkan kemasan fisiknya diantaranya seperti: IC,
through hole metal, surface mount, through hole plastic dan lain sebagainya.
Berdasarkan polaritas diantaranya seperti: PNP atau
P-channel dan NPN atau N-channel.
Berdasarkan maximum kapasitas daya, diantaranya seperti: Low
power, medium power dan high power.
Berdasarkan maximum frekwensi kerja, yang diantaranya: Low,
medium atau high frequency, RF transistor, Microwave dan lain sebagainya.
Berdasarkan aplikasi yang diantaranya seperti, amplifier,
audio, general purpose, tegangan tinggi dan lain sebagainya.
Demikianlah pembahasan mengenai Transistor adalah – Pengertian, Fungsi, Jenis, Cara Kerja dan Kategori semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar